Monday, July 3, 2017

Teaching Clinic

#Part1

Sudah 3 bulan lebih program ini berjalan.
Begitu banyak cerita yang tersusun indah dalam memori.
Sebentar... aku ingin menghela nafas dulu, berfikir sebentar mulai dari mana aku bercerita mengabadikan memori indah dalam Teaching Clinic yang bisa kami sebut TC ini.

Hmmmm ....

Oke, kita mulai dari awal aku ikut TC saja.
Waktu itu bulan februari, aku meyakinkan diri untuk meninggalkan pekerjaanku (yang sebenarnya enak sekali bagiku, kerja plus nyalurin hobby) demi mempelajari bahasa inggris di Pare, Kediri.
Waktu itu aku fokus total mempelajari TOEFL di Global English Pare.
Dalam masa belajar TOEFL, aku mendapat informasi bahwa terdapat beasiswa belajar gratis di tempat kursusan yang ku ambil, Global English tentunya. Awalnya aku mengira hanya dapat pembelajaran mengenai bahasa inggris, namun faktanya lebih dari itu (yang bagian ini, nanti saja penjelasannya).

*sebentar, sabar ya, aku mau menikmati kopi hitam ini dulu. Enak sekali memang di pagi ini bisa menikmati kopi hitam pahit, ada manis sedikit di lidah. 

Waktu itu aku masih ragu antara mendaftarkan diri ataukah tidak.
Dilain sisi karena permasalahan ekonomi yang mana aku sudah berpenghasilan saat itu, nanti pasti akan berubah drastis menjadi orang tanpa penghasilan.
Karena pada saat itu aku tidak terbiasa meminta duit (read : uang) ke orang tua.
Nah ketika diterima menjadi member TC, secara otomatis aku tidak berpenghasilan lagi dan pastinya harus meminta uang bulanan ke orang tua.
Namun akhirnya, ku putuskan untuk mengikuti dan mendaftarkan diri.

Pada saat itu, aku sedang mengadu nasib dengan Tuhan. Jika aku tidak diterima, aku akan kembali ke Kota Semarang dan melanjutkan jalan hidupku menjadi seorang Businessman (mau membangun usaha tepatnya) dan Tuhan menginginkan aku untuk tetap menjadi manusia yang mandiri, namun jika aku diterima, oke jalan ku yang sebelumnya, berarti ditunda dulu.
Tuhan ingin membekaliku sesuatu yang dahsyat untuk kehidupanku di masa mendatang.
Iya, sesuatu itu adalah bahasa inggris dan juga ternyata ada hal lain yang aku dapatkan.

Setelah mendaftarkan diri, keyakinanku akan diterima bertambah. Karena teman-temanku di pare (yang baru aku kenal dalam beberapa hari) meyakinkanku bahwa aku bakal diterima.
Bekal doa dan restu dari orang tua dan dorongan teman-teman, aku melangkahkan kaki untuk berangkat ke tempat tes tertulis.
Oh ya, untuk informasi, sebelum tes tertulis terdapat seleksi berkas terlebih dahulu.
Sekitar 500-an berkas masuk, namun hanya sekitar 200-an yang terpilih dan dipersilahkan mengikuti tes tertulis.

Aku sungguh menjadi orang yang tingkat PDnya tinggi waktu itu. Namun setelah melihat soal yang disajikan, semua kepedaanku luntur.
Dalam hati, "ini soal apa, ko susah amat" hahaha bukan, bukan soalnya yang susah melainkan aku sendiri yang masih bodoh waktu itu.
Soal itu adalah soal TPA. Karena aku baru pertama kali mengerjakan soal TPA, makanya jadi terasa susah.

Pena aku pegang, kertas soal aku pandangi dalam-dalam, "oke kali ini kamu akan aku taklukan." Soal nomor 1 aku kerjakan, bingung. Lompat ke soal nomor dua, ah apalagi ini.
Aku lihat peserta sekililing, gila mereka ngiwut (read : cepat) banget ngerjainnya. Panik nih.
Aku lihat belakang, eits ditegur panitia dilarang untuk menoleh.
Oke fix akhirnya aku lihat samping kananku (ekhem Alhamdulillah dia ini yang duduk di samping kananku keterima jadi member TC) dia membuat rumus untuk menjawab soal yang tersedia.

"Owh jadi gitu cara ngerjainnya."

Oke, berbekal kepintaran dalam membuat rumus sendiri dalam pelajaran Matematika (karena pas MA suka buat rumus sendiri dalam mengerjakan soal). Jadi soal-soal yang tadi aku pandangi satu persatu, aku kerjakan dengan baik. Aku anggap aja itu soal cerita yang sering ku kerjakan dulu pas waktu MA. Bukan sering sih, pas ada soal dari guru saja. hahaha

Test TPA sudah terlewati, panitia memberikan 15 menit untuk kami (para peserta) beristirahat.

"Gila, baru test TPA saja sudah pusing maksimal gini, apalagi nanti test Bahasa Inggris yang katanya kayak TOEFL. Bisa rontok nih rambut"

Pusing memang waktu itu, namun semua ku tepis dengan menikmati aja segala yang ada.
Akhirnya test bahasa inggris dimulai.
Para panitia mulai membagikan soalnya.
Sayangnya, pas aku lihat soalnya, aneh bukan main, "ini mah bukan soal TOEFL, lebih ke seni Vocabulary, mana paham aku."

Hahaha, kamu tahu, aku ngerjain soal-soal bahasa inggris berbekal intuisi. Mana yang sekiranya pas aku pilih saja, meski tidak tahu artinya. Wkwkw. Hingga akhirnya aku menyerah dan asal isi saja meski waktu masih kurang 10 menit lagi.
Karena sangking (read : sangat) pusingnya nih, kertas jawaban aku balik, aku singkirkan ke pinggir meja kiri, kemudian aku tiduran dengan tangan kanan menjadi sandaran kepalaku yang menghadap ke kiri.
Fiuuuuh, selesai juga akhirnya.

Waktunya pengumuman, dengan nomor 020 yang aku dapat, aku mencari nomor tersebut di papan hasil pengumuman.
Aaaaannnndddd finally, aku lolos dan maju di babak sesi interview.
Lega rasanya hati ini, aku bisa melewati soal tes tertulis meski entah berapa nilai yang aku dapat, aku tidak peduli.
Terpenting adalah aku LOLOS TES TERTULIS.

Sebelum tes interview, aku belajar bagaimana menjawab pertanyaan. Apalagi ada 6 interviewer nanti dalam satu ruangan. Gilaaaa kayak mau futsal aja nih acaranya. hahaha #LOL.
Aku browsing dan tanya ke tutor di tempat aku tinggal. Dan akhirnya aku siap untuk tes interview.

Orang pertama ke dua aku lewati dan jawab pertanyaannya dengan skill jawaban yang sudah aku pelajari.
Namun di pertengahan interview, aku lupa akan skill. Aku tertalu ideologis untuk menjadi diri sendiri. Tak tanggung, perdebatan-pun terjadi.
Aku kokoh dengan pendapatku, interviewer kokoh dengan pendapatnya.
Di situlah aku ragu, aku akan diterima atau tidak. Keyakinanku, aku tidak akan diterima, karena
perdebatan itu. Ah kalau ini akhirnya, it's okey. Setidaknya aku bisa melaju sampai babak interview. Suatu pencapaian besar bagiku karena aku belom pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya.

Waktunya PENGUMUMAN
Deg-degan bukan main. Pengumuman diterima atau tidak akan diinfokan via sms. Waktu itu sms tak kunjung datang. Sudah menyerah memang.
Namun di dalam masa penyerahan ku, ada sms masuk, wuih seneng banget.
Namun sayang aku berada dalam waiting list yang artinya aku cadangan, jika ada yang mengundurkan diri, maka aku bisa masuk menjadi salah satu dari mereka.
Dan Alhamdulillah segala puji bagi Allah, aku bisa masuk dan menjadi bagian dari mereka.

Ini pertanda Tuhan akan memberikan ku bekal terlebih dahulu untuk masa depan yang lebih baik lagi.

N
02 Juli 2017
Bangsri - Jepara

1 comment: